WK-Brand Logo

Jumat, 23 Desember 2011

POKOK-POKOK PIKIRAN PEMBENTUKAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH KAB. KAYONG UTARA

POKOK-POKOK PIKIRAN
PEMBENTUKAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH
KABUPATEN KAYONG UTARA 



A.      Latar Belakang
Ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah tentunya berimplikasi terhadap Susunan Organisasi Perangkat Daerah (SOPD) Kabupaten Kayong Utara yang dibentuk berdasarkan Peraturan Bupati Nomor 3 Tahun 2007, baik dari segi jumlah, susunan organisasi, maupun perumpunan urusan yang harus disesuaikan dan ditata kembali.
Ketentuan Pasal 51 PP Nomor 41 Tahun 2007 menyatakan bahwa ”Pelaksanaan penataan organisasi perangkat daerah berdasarkan Peraturan Pemerintah ini dilakukan paling lama 1 (satu) tahun sejak Peraturan Pemerintah ini diundangkan”. Kemudian hal tersebut dipertegas dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 57 Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis Penataan Organisasi Perangkat Daerah, yang menggariskan bahwa ”Efektif pelaksanaan penataan kelembagaan perangkat daerah dilaksanakan selambat-lambatnya tanggal 23 Juli 2008.
Selain itu, kebijakan penataan organisasi perangkat daerah yang dilakukan saat ini merupakan momentum yang tepat berkenaan dengan telah dilantiknya Bupati Kabupaten Kayong Utara periode 2008-2013. Guna mengimplementasikan visi, misi dan sasaran prioritas program pembangunan selama 5 (lima), tentunya diperlukan penyesuaian terhadap organisasi perangkat daerah sehingga sejalan dengan upaya untuk mewujudkan sasaran dan program pembangunan Kabupaten Kayong Utara. Visi, misi dan sasaran yang ingin dicapai yaitu ”Terwujudnya Harkat dan Martabat Masyarakat Kabupaten Kayong Utara yang beriman, sehat, cerdas, aman, dan sejahtera”, dengan misi sebagai berikut:
1.   Meningkatkan harkat dan martabat masyarakat melalui peningkatan kapasitas pendidikan masyarakat, pelayanan kehidupan beragama dan kuantitas pendidikan agama kepada masyarakat guna mewujudkan masyarakat yang handal dan memiliki daya saing serta rukun dalam beragama.
2.   Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui peningkatan pelayanan kesehatan untuk mewujudkan masyarakat yang sehat jasmani dan rohani.
3.   Meningkatkan kualitas dan kuantitas sumberdaya manusia yang beriman, cerdas, memilki keterampilan mengelola dan memperluas lapangan kerja, memiliki jatidiri dan daya saing, serta mampu melestarikan dan mempertahankan ketahanan budaya yang dimiliki.
4.   Meningkatkan pembangunan infrastruktur guna memperlancar mobilitas penduduk dan arus barang serta mempercepat pembangunan wilayah pedesaan sebagai sumber potensi ekonomi.

  
5.   Melaksanakan pemerataan dan keseimbangan pembangunan secara berkelanjutan untuk mengurangi kesenjangan antar wilayah dengan mengembangkan jaringan kerjasama antara pemerintah daerah dengan pihak swasta dengan melibatkan peran serta masyarakat.
6.   Meningkatkan kemampuan kapasitas dan akuntabilitas aparatur pemerintah daerah guna meningkatkan pelayanan publik.
7.   Meningkatkan pengelolaan alokasi anggaran secara cermat dan terarah, menegakkan supremasi hukum, meningkatkan keadilan sosial, dan perlindungan hak asasi manusia guna mendukung terciptanya kehidupan masyarakat yang rukun dan damai.
8.   Meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan mengembang-kan sumberdaya lokal yang berbasis potensi desa bagi pengem-bangan ekonomi yang didukung dengan sarana investasi yang baik.
Selain itu, penataan organisasi juga mempertimbangkan program prioritas yang difokuskan pada kebutuhan mendasar masyarakat yaitu:
1.    Meningkatnya harkat dan martabat masyarakat.
2.    Meningkatnya derajat kesehatan masyarakat.
3.    Meningkatnya sumber daya manusia masyarakat.
4.    Meningkatnya pembangunan infrastruktur.
5.    Terwujudnya pemerataan pembangunan wilayah.
6.    Meningkatnya kapasitas sumber daya aparatur.
7.    Terlaksananya pengelolaan dan pengalokasian anggaran belanja secara tertib dan tepat sasaran.
8.    Meningkatnya kesejahteraan masyarakat.

B.      Permasalahan organisasi perangkat daerah saat ini
Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, semakin memperjelas baik secara kuantitatif maupun kualitatif urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Pemerintah Kabupaten. Selain itu, ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007, juga mengharuskan pemerintah daerah menata ulang (restrukturisasi) sususan organisasi perangkat daerah yang ada, terutama berkaitan dengan perumpunan urusan yang harus dilaksanakan oleh pemerintah daerah. Berikut beberapa permasalah-an organisasi perangkat daerah saat ini yang dapat diidentifikasi, al:
1.     Bertambahnya urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintah Kabupaten sebagaimana yang diatur dalam PP Nomor 38 Tahun 2007;
2.     Sebagai Kabupaten hasil pemekaran, organisasi perangkat daerah Kabupaten Kayong Utara dibentuk dengan semangat efisiensi sehingga dari aspek besaran organisasi maupun perumpunannya masih harus disesuaikan dengan PP Nomor 41 Tahun 2007;
3.     Beberapa organisasi perangkat daerah yang ada, tugas pokok dan fungsinya perlu diperjelas dan dipertajam sesuai dengan visi dan misi daerah serta sejalan dengan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
4.     Dinamika perkembangan masyarakat yang cepat dan dinamis membawa konsekwensi bertambahnya kebutuhan masyarakat yang harus dilayani.

C.      Desain Susunan Organisasi Perangkat Daerah yang diusulkan
Desain susunan organisasi perangkat daerah yang diusulkan untuk dibentuk mengacu kepada:
a.     Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 dengan besaran organisasi berdasarkan nilai variable jumlah penduduk, luas wilayah dan jumlah APBD dengan nilai 53 (lima puluh tiga) yang terdiri dari 3 (tiga) asisten; 15 (lima belas) Dinas; dan 10 (sepuluh) Lembaga Teknis Daerah. Namun demikian, dengan memperhatikan kondisi obyektif daerah, maka dalam rancangan perda ini organisasi perangkat daerah yang diusulkan untuk dibentuk tetap memperhatikan aspek efisiensi yaitu meliputi: 2 (dua) asisten; 13 (tiga belas) Dinas; dan 8 (delapan) Lembaga Teknis Daerah, Satuan Polisi Pamong Praja, dan Staf Ahli Bupati. Dengan kata lain peluang yang diberikan oleh PP Nomor 41 Tahun 2007 tidak dinilai sebagai ”kewajiban” tetapi lebih dipandang sebagai ”hak”.
b.     Pembentukan organisasi perangkat daerah mempertimbangkan urusan pemerintahan yang diserahkan kepada Pemerintah Kabupaten berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007.
c.     Selain itu, pembentukan organisasi perangkat daerah memper-timbangkan prinsip-prinsip organisasi, fungsi staf, fungsi lini dan fungsi pendukung serta memperhatikan karakteristik dan potensi daerah.
d.     Pembentukan organisasi perangkat daerah juga mempertimbang-kan visi, misi dan program prioritas pembangunan yang diingin dicapai.
Sebagaimana telah diketahui bahwa pada hakekatnya penataan terhadap organisasi perangkat daerah lebih ditekankan pada upaya penyesuaian perumpunan, serta memperkuat kelembagaan bidang pemerintahan dengan menyesuaikan visi, misi dan prioritas program pembangunan. Beberapa pertimbangan yang melatarbelakangi perumusan susunan organisasi perangkat daerah sebagaimana telah dikemukakan antara lain: besaran kewenangan sebagaimana diamanatkan PP Nomor 38 Tahun 2007; masing-masing bidang pemerintahan tidak mutlak harus dibentuk organisasi sendiri, dapat saja dilakukan penggabungan ataupun justru dilakukan pemisahan; disesuaikan dengan situasi dan kondisi daerah antara lain cakupan tugas yang meliputi sasaran dan program strategis sebagai implementasi visi dan misi daerah ; potensi dan karakteristik daerah; kondisi kelembagaan dan personil Kabupaten/Kota; serta kemampuan keuangan daerah dan peralatan.
Susunan organisasi perangkat daerah yang diusulkan terdiri dari:
a.   Sekretaris Daerah membawahi:
1)   Asisten Pemerintahan, Perekonomian dan Kesejahteraan Sosial, membawahi:
a)   Bagian Pemerintahan
b)  Bagian Hukum
c)   Bagian Kesejahteraan Sosial
d)  Bagian Ekonomi dan Pembangunan
2)   Asisten Administrasi dan Umum, membawahi:
a)   Bagian Organisasi
b)  Bagian Kepegawaian
c)   Bagian Umum
d)  Bagian Humas dan Protokol
Sebagaimana dipahami bahwa tugas pemerintahan yang harus dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah sangat kompleks. Oleh karena itulah di seluruh Indonesia susunan organisasi perangkat daerah menggunakan pola lini-staf. Dengan kata lain satuan kerja Sekretariat Daerah harus ada dalam susunan organisasi perangkat daerah, yang merupakan unsur staf dengan tugas dan kewajiban membantu Bupati dalam menyusun kebijakan dan mengkoordinasi-kan Dinas daerah dan Lembaga Teknis Daerah serta menyelengga-rakan fungsi :
a.     penyusunan kebijakan Pemerintah Daerah.
b.     pengkoordinasian pelaksanaan tugas Dinas daerah dan Lembaga Teknis Daerah, baik dalam proses perencanaan maupun pelaksanaan.
c.     pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kebijakan Pemerintah Daerah.
d.     pembinaan administrasi dan aparatur Pemerintah Daerah.
e.     pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Gubernur sesuai dengan tugas dan fungsinya.
Untuk semakin mengefektifkan fungsi koordinasi dimaksud, akan ditentukan secara jelas unit kerja apa saja yang akan dikoordinir oleh masing-masing Asisten/Bagian sehingga diharapkan fungsi Asisten/Bagian dalam mengkoordinasikan penyusunan kebijakan pemerintah daerah semakin jelas dan fokus. Dalam rangka meng-efektifkan koordinasi dimaksud serta guna mengantisipasi tugas-tugas yang semakin berkembang, dilakukan penyesuaian jumlah bagian yang semula hanya 7 (tujuh) bagian menjadi 8 (delapan) bagian, yaitu penambahan bagian humas dan protokol. Berikut dikemukakan landasaan pemikiran pembentukan bagian di lingkungan Sekretariat daerah Kabupaten Kayong Utara.

  
1) Bagian Pemerintahan
Bagian Pemerintahan yang merupakan staf mempunyai tugas mengkoordinasikan penyelenggaraan pemerintahan umum, otonomi daerah,  tugas pembantuan dan pertanahan. Tuntutan masyarakat yang semakin berkembang dan dinamis membawa konsekwensi berkembangnya tugas-tugas pemerintahan. Tugas pemerintahan yang belum termasuk dalam tugas satuan organisasi lainnya tersebut itulah yang merupakan salah satu tugas pemerintahan umum. Bagian Pemerintahan sedikit mengalami perubahan dibandingkan dengan yang lalu, dimana urusan pemerintahan umum, pemerintahan desa dan otonomi daerah dijadikan satu subbagian, saat ini (usulan) urusan tersebut dipisahkan menjadi masing-masing sub bagian, yaitu subbagian pemerintahan umum dan subbagian otonomi daerah. Sedangkan urusan pertanahan tetap menjadi satu subbagian yang berada di bawah Bagian Pemerintahan.

2)     Bagian Hukum
Bagian Hukum apabila dibandingkan dengan perangkat daerah yang lalu, saat ini (berdasarkan usulan) mengalami perubahan dimana urusan hubungan masyarakat dikeluarkan dari bagian hukum. Hal ini, dilakukan dengan pertimbangan agar aspek hukum dapat lebih fokus dalam melaksanakan tugas-tugas urusan pemerintah daerah kabupaten sebagaimana yang diatur dalam PP Nomor 38 Tahun 2007, terutama yang yang berkaitan dengan peraturan perundang-undangan, penyuluhan dan dokumentasi hukum, serta pelaksanaan bantuan hukum dan HAM.

3)     Bagian Kesejahteraan Sosial
Bagian Kesejahteraan Sosial dalam usulan ini tidak banyak mengalami perubahan dari organisasi perangkat daerah yang lalu, hanya dilakukan perubahan nomenklatur subbagian yang sebelumnya Subbagian Pengembangan Kehidupan Agama dan Pendidikan menjadi Subbagian Agama. Perubahan ini dimaksudkan agar subbagaian ini lebih fleksibel dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya, mengingat bidang keagamaan mempunyai aspek yang cukup luas. 

4)   Bagian Ekonomi dan Pembangunan
Bagian Ekonomi dan Pembangunan tugas pokok dan fungsinya mengalami penyesuian jika dibandingkan dengan perangkat daerah yang lalu. Dalam raperda yang diusulkan tugas pokok dan fungsinya ditambahkan untuk melaksanakan fungsi koordinasi pengendalian program pembangunan, serta ditambahkan urusan yang akan melaksanakan fungsi penanaman modal. Pelaksanaan fungsi koordinasi pengendalian program pembangunan dimasuk-kan di lingkungan setda agar terdapat unit staf yang membantu Bupati dalam mengkoor-dinasikan masalah pembangunan mulai dari tahap perencanaan hingga evaluasi dan laporan. Hal ini dipandang penting, sebab dengan struktur organisasi Sekretariat Daerah sekarang ini, tidak terdapat unit staf yang secara khusus berperan mengkoordinasikan masalah pembangunan tersebut. Selain itu, posisi Bupati sebagai Kepala Daerah, setiap saat tentunya membutuhkan data yang berkaitan dengan perkembangan pelaksanaan pembangunan  baik yang dibiayai oleh APBD maupun maupun APBN, sehingga pengendalian dan keterpaduan program dapat semakin efektif. Hal lain yang cukup penting dari fungsi koordinasi pengendalian pembangunan terdapat di lingkungan Sekretariat Daerah adalah sesuai dengan Petunjuk Teknis Penataan Organisasi Perangkat Daerah sebagaimana yang diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 57 Tahun 2007.

5)   Bagian Organisasi
Bagian Organisasi dalam raperda yang diusulkan ini keberadaannya tetap dipertahankan. Hanya dilakukan perubahan terhadap nomenklaturnya yang semula bagian organisasi dan tatalaksana, dalam usulan diubah menjadi bagian organisasi. Sedangkan nomenklatur tatalaksana dihilangkan karena sudah merupakan bagian dari tugas pokok dan fungsi organisasi. Dalam subbagian tatalaksana ditambahkan fungsi pengembangan kinerja yang tugas pokoknya antara lain: pelaksananaan penyusunan laporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah, pengembangan budaya kerja, dan koordinasi pelaksanaan pengawasan melekat, serta pelaksanaan pelayanan publik.

6)   Bagian Kepegawaian
Urusan kepegawaian sebagaimana yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 dan Keppres RI Nomor 159 Tahun 2000 untuk saat ini keberadaannya masih cukup relevan apabila diwadahi dalam bentuk bagian yang berada di bawah Sekretariat Daerah bukan menjadi Badan Kepegawaian Daerah. Hal ini dilakukan berdasarkan pertimbangan yang cukup logis mengingat jumlah aparatur (PNS) yang akan diurus belum signifikan jumlahnya apabila diwadahi oleh satu badan tersendiri. Namun demikian, dalam perkembangan selanjutnya tidak menutup kemungkinan apabila manajemen kepegawaian dalam melakukan pembinaan aparatur dapat diwadahi dalam bentuk badan/kantor tersendiri. Dalam usulan ini hanya dilakukan perubahan tugas pokok dan fungsi yang ditangani oleh masing-masing subbagian, yaitu subbagian umum dan pengembangan pegawai menjadi subbagian umum, disiplin dan kesejahteraan pegawai; subbagian mutasi pegawai menjadi subbagian pengadaan dan mutasi pegawai; serta subbagian pendidikan dan latihan menjadi subbagian pengembangan pegawai.
  
7)   Bagian Umum
Bagian umum yang diusulkan dalam raperda ini berdiri sendiri terpisah dengan urusan keuangan yang selama ini melekat pada bagian umum. Pemisahan ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa beban kerja urusan umum kedepannya akan semakin berat karena selaku unit pendukung (supporting staff) bagi kelancaran pelaksanaan tugas pimpinan (Bupati/Wakil Bupati/Sekda). Secara umum tugas dan fungsi bagian umum meliputi tata usaha umum dan pimpinan, perlengkapan dan rumah tangga, serta pengelolaan keuangan di lingkungan Sekretariat Daerah dan koordinasi penyusunan rencana kerja.

8)     Bagian Humas dan Protokol

Bagian Humas dan Protokol merupakan bagian baru yang diusulkan sebagai peningkatan tugas dan fungsi kehumasan yang selama ini melekat pada bagian hukum dan fungsi protokol pada bagian umum. Tugas dan fungsi kehumasan saat ini menjadi cukup penting dalam memberikan informasi yang menyeluruh dan komprehensif kepada masyarakat berkaitan dengan program pembangunan pemerintah daerah. Selain itu, bagian kehumasan juga akan melaksanakan fungsi keprotokolan dan perjalanan, sandi dan telekomunikasi, serta melaksanakan fungsi perwakilan daerah.
  
b.  Sekretariat DPRD
Sekretariat DPRD pada prinsipnya tidak mengalami perubahan dari organisasi yang telah ada saat ini, hanya dilakukan penyesuian terhadap perumpunan tugas pokok dan fungsi sehingga dapat memperlancar penyelenggaraan pelayanan kepada DPRD. Dengan demikian Sekretariat DPRD yang merupakan unsur pelayanan, serta mempunyai tugas menyelenggarakan administrasi kesekretariatan, administrasi keuangan, mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi DPRD, dan menyediakan serta mengkoordinasikan tenaga ahli yang diperlukan oleh DPRD sesuai dengan kemampuan keuangan daerah. Di samping itu, sekretariat DPRD juga  akan mempunyai fungsi penyelenggaraan rapat- rapat DPRD. Sekretariat DPRD dipimpin oleh Sekretaris Dewan (Sekwan) yang secara teknis operasional berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Pimpinan DPRD serta secara administratif bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah.

c.   Dinas Daerah
Pembentukan dinas daerah berdasarkan PP Nomor 41 Tahun 2007 mempunyai tugas melaksanakan urusan pemerintahan daerah berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan serta juga merupakan unsur pelaksana otonomi daerah. Beberapa dinas daerah yang ada saat ini cukup banyak mengalami perubahan, dimana dilakukan perumpunan urusan yang sejenis berdasarkan PP Nomor 41 Tahun 2007. Penggabungan beberapa urusan juga berpedoman pada urusan pemerintahan yang harus ditangani oleh Pemerintah Kabupaten sebagaimana yang diatur dalam PP Nomor 38 Tahun 2007. Dinas daerah yang diusulkan untuk dibentuk sebanyak 13 (tuga belas) dinas, masih dibawah jumlah dinas yang diperkenankan berdasarkan nilai skoring yang diperoleh Kabupaten Kayong Utara yaitu sebanyak 15 (lima belas) Dinas. Dinas yang diusulkan terdiri dari:
1)   Dinas Pendidikan
Bidang pendidikan menjadi urusan wajib yang harus dilaksanakan oleh pemerintah daerah sebagaimana yang diamanatkan dalam undang-undang. Dengan demikian bidang pendidikan wajib dibentuk dan diwadahi dalam bentuk dinas. Selain itu, pembentukan dinas pendidikan berdiri sendiri dan tidak digabung dengan urusan kebudayaan, pemuda dan olahraga dengan mempertimbangkan visi, misi dan program prioritas yang akan dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Kayong Utara dalam 5 (lima) tahun kedepan. Mengingat pendidikan merupakan salah satu urusan wajib guna memenuhi kebutuhan dasar (basic need) dalam rangka peningkatan kualitas sumber daya masyarakat, maka keberadaan dinas ini menjadi strategis. Di samping itu upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui pendidikan memang merupakan salah satu program prioritas pembangunan daerah Kabupaten Kayong Utara.
Sementara itu, urusan kebudayaan, pemuda dan olahraga yang selama ini melekat pada dinas pendidikan, dalam usulan ini urusan tersebut dipindahkan dari urusan pendidikan dengan pertimbangan agar dinas ini menjadi lebih fokus dan terarah dalam melaksanakan peningkatan pendidikan yang tugas pokok dan fungsinya antara lain: penyelenggaraan pendidikan dasar yang meliputi SD dan SMP; penyelenggaraan pendidikan menengah umum dan kejuruan yang meliputi menengah umum dan kejuruan; serta penyelenggaraan pendidikan non formal yang meliputi pendidikan anak usia dini dan pendidikan kesetaraan, keaksaraan dan masyarakat.

2)    Dinas Kesehatan
Bidang kesehatan juga menjadi urusan wajib yang harus dilaksanakan oleh pemerintah daerah sebagaimana yang diatur dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004. Fungsi Dinas kesehatan berdasarkan PP Nomor 38 Tahun 2007 antara lain melaksanakan pencegahan dan penanggulangan penyakit; penanggulangan masalah kesehatan akibat bencana dan wabah; penyelenggaran survailans gizi buruk; pemantauan penang-gulangan gizi buruk; bimbingan dan pengendalian upaya kesehatan pada daerah perbatasan, terpencil, rawan dan kepulauan; serta pemberian izin sarana kesehatan. Selain itu, pembentukan dinas kesehatan juga mempertimbangkan visi, misi dan program prioritas yang akan dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Kayong Utara dalam 5 (lima) tahun kedepan.

3)   Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika
Pembentukan Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika yang diusulkan mengacu kepada perumpunan urusan sebagaimana yang diatur dalam PP Nomor 41 Tahun 2007, sehingga urusan pariwisata yang selama ini terdapat dalam Dinas Perhubungan digabungkan dengan unit kerja yan lain. Pertimbangan lain yang dijadikan sebagai dasar pemikiran agar tercipta hubungan yang sinergi dan terintegrasi antara Kabupaten dengan Pemerintah Provinsi sehingga jalinan koordinasi dapat terlaksana dengan lancar. Selain itu, pembentukan unit kerja ini guna melaksanakan urusan pemerintahan yang telah menjadi kewenangan pemerintah daerah kabupaten sebagaimana yang diatur dalam PP Nomor 37 Tahun 2008. Dalam PP tersebut, urusan perhubungan, komunikasi dan informatika cukup relevan apabila diwadahi dalam bentuk dinas daerah. Tugas pokok dan fungsi Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika antara lain meliputi: bidang perhubungan darat dan udara; bidang perhubungan laut, sungai, danau dan penyeberangan; serta bidang komunikasi dan informatika.

  
4)   Dinas Pekerjaan Umum
Pembentukan Dinas Pekerjaan Umum berdiri sendiri dan terpisah dari urusan pertambangan yang ada selama ini, didasari pertimbangan bahwa pembangunan infrastruktur di daerah Kabupaten ini memjadi program priorotas yang harus dapat diwujudkan dalam pembangunan daerah selama 5 (lima) tahun kedepan, sehingga urusan pekerjaan umum menjadi cukup relevan apabila menjadi dinas yang berdiri sendiri. Selain itu, berdasarkan PP 38 Tahun 2007 urusan pemerintahan yang merupakan kewenangan Kabupaten dibidang pekerjaan umum meliputi: bina marga, cipta karya, dan sumberdaya air; serta penataan ruang dan bina konstruksi. Hal lain yang berkaitan dengan urusan perumahan yang terdapat dalam PP Nomor 38 Tahun 2007 yang juga telah menjadi kewenangan pemerintah daerah, untuk saat ini belum cukup layak apabila urusan tersebut diwadahi dalam bentuk unit kerja tersendiri. Untuk itu, urusan perumahan sebagaimana yang diatur dalam PP Nomor 38 Tahun 2007 masih dapat diwadahi atau ditangani oleh bidang cipta karya pada dinas pekerjaan umum.

5)   Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Pembentukan Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi yang diusulkan dengan mempertimbangkan urusan di bidang sosial yang diserahkan kepada Pemerintah Kabupaten sebagaimana yang diatur dalam PP Nomor 38 Tahun 2007 yaitu meliputi pelaksanaan program/kegiatan bidang sosial; penanggulangan korban bencana skala kabupaten; dan pelaksanaan pengembang-an jaminan sosial bagi penyandang cacat; serta urusan lainnya di bidang sosial. Penggabungan urusan bidang sosial dengan tenaga kerja dan transmigrasi juga mengacu kepada perumpunan urusan sebagaimana yang diatur dalam PP Nomor 41 Tahun 2007 dengan kegiatan yang meliputi pelaksanaan kebijakan pemerintah pusat dan penetapan kebijakan daerah serta pelaksanaan strategis penyelenggaraan urusan pemerintah bidang ketenaga-kerjaan skala kabupaten; pembinaan penyelenggaraan urusan pemerintah bidang ketenagakerjaan skala Kabupaten; penanggungjawab penyelenggaraan urusan pemerintah bidang ketenagakerjaan skala Kabupaten; serta pelaksanaan urusan kebijakan ketransmigrasian dan urusan-urusan ketransmigrasian yang lainnnya. Dengan demikian, urusan ini dianggap cukup layak untuk menjadi dinas daerah tersendiri dan penggabungan-nya sesuai dengan departemen teknis di Pemerintah Pusat. Tugas pokok dan fungís Dinas Sosial, Tenaga kerja dan Transmigrasi antara lain meliputi: bidang sosial; bidang tenaga kerja; dan bidang transmigrasi.

  
6)   Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil
Berdasarkan UU Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan, kewenangan Kabupaten/Kota di bidang kependudukan dan catatan sipil cukup signifikan dan operasional sehingga layak apabila diwadahi dalam bentuk dinas tersendiri. Selain itu, berdasarkan PP Nomor 38 Tahun 2007 substansi kewenangan Kabupaten dalam bidang kependudukan dan catatan sipil, berkaitan dengan pelayanan yang kegiatannya lebih banyak bersifat operasional. Hal lain yang mendasari pertimbangan perlunya urusan kependudukan dan catatan sipil diwadahi dalam bentuk dinas sejalan dengan surat edaran Menteri Dalam Negeri Nomor: 061/759/SJ Tanggal 1 April 2008 yang antara lain menyatakan bahwa “kelembagaan yang mengelola urusan kependudukan dan pencatatan sipil, di tingkat Provinsi serendah-rendahnya unit kerja struktural Eselon III atau bila dimungkinkan unit kerja Eselon II yang berbentuk Biro atau Dinas, sedangkan untuk Kabupaten/Kota harus berbentuk Dinas”.

7) Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UKM
Urusan perdagangan sebagaimana yang diatur dalam PP Nomor 38 Tahun 2007 memang cukup memadai, namun melihat urusan perindustrian relatif kecil, maka kedua urusan tersebut dinilai layak untuk tetap digabungkan menjadi satu unit kerja, walaupun di Pusat urusan perindustrian dan perdagangan dipisah. Pertimbangan penggabungan kedua urusan tersebut mengingat fungsinya masih dalam satu rumpun sebagaimana yang diatur dalam PP Nomor 41 Tahun 2007. Kemudian penggabungan urusan koperasi dan UKM dalam perindustrian dan perdagangan dianggap masih cukup layak dan memadai sehingga unit kerja ini akan semakin efisien, efektif dan produktif. Tugas pokok dan fungsi Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UKM antara lain meliputi: bidang perindustrian; bidang perdagangan; bidang promosi dan investasi; serta bidang koperasi dan usaha kecil menengah.

8)   Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga
Pembentukan Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga yang diusulkan dalam rangka untuk mengembangkan obyek wisata yang terdapat di wilayah Kabupaten Kayong Utara agar dapat ditangani secara lebih terpadu dan terintegrasi, sehingga program pariwasata yang dipasarkan menjadi lebih fokus dan terarah sesuai dengan potensi dan karakteristik daerah. Penggabungan urusan pemuda dan olahraga dalam unit kerja ini didasari pertimbangan perlunya unit kerja yang tugas pokok dan fungsi menangani urusan kepemudaan dan olahraga serta dari aspek beban kerja masih dianggap cukup relevan. Selain itu, urusan pemuda dan olahraga yang telah menjadi kewenangan daerah sebagaimana yang diatur dalam PP Nomor 38 Tahun 2007 harus diwadahi dalam bentuk dinas daerah. Memang dari aspek perumpunan pemuda dan olahraga merupakan rumpun pendidikan. Namun demikian, mengingat urusan pendidikan dinilai sangat strategis dan harus ditangani secara fokus, maka urusan pemuda dan olahraga dipisahkan dari rumpun pendidikan. Dengan demikian, tugas pokok dan fungsi Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga antara lain meliputi: bidang kebudayaan; bidang pariwisata; serta bidang pemuda dan olahraga.
 
9)   Dinas Pertanian dan Peternakan
Urusan pertanian dan peternakan yang diserahkan kepada Pemerintah Kabupaten sebagaimana yang diatur dalam PP Nomor 38 tahun 2007 yang lebih banyak bersifat teknis dan operasional, sehingga dianggap cukup layak apabila diwadahi dalam bentuk dinas tersendiri dan sesuai dengan perumpunan sebagaimana yang diatur dalam PP Nomor 41 Tahun 2007. Hal ini perlu dilakukan mengingat, potensi Kabupaten Kayong Utara di bidang pertanian terutama sektor tanaman bahan makanan dan sektor peternakan cukup besar. Tugas pokok dan fungsi Dinas Pertanian dan Peternakan antara lain meliputi: bidang tanaman pangan; bidang hortikultura; serta bidang peternakan.
  
10) Dinas Kelautan dan Perikanan
Urusan di bidang kelautan dan perikanan yang diserahkan kepada Pemerintah Kabupaten sebagaimana yang diatur dalam PP Nomor 38 Tahun 2007 juga dianggap cukup layak untuk menjadi unit kerja tersendiri dalam bentuk dinas yang terpisah dari perumpunan bidang pertanian. Selain itu, potensi sektor perikanan di wilayah Kabupaten Kayong Utara cukup potensial dan menjadi sektor unggulan dalam meningkatkan derajat kehidupan masyarakat. Disamping itu, wilayah laut Kabupaten Kayong Utara yang luas juga menjadi pertimbangan perlunya adanya pengawasan optimal agar potensi laut tidak dapat dimanfaatkan oleh pihak luar yang tidak bertanggungjawab seperti nelayan asing. Tugas pokok dan fungís Dinas Kelautan dan Perikanan antara lain meliputi: bidang  kelautan; bidang perikanan tangkap; serta bidang perikanan budidaya.

11) Dinas Kehutanan dan Perkebunan
Urusan kehutanan dan perkebunan sebagaimana yang diatur dalam PP Nomor 38 Tahun 2007 dianggap cukup layak untuk diwadahi dalam unit kerja tersendiri berupa dinas yang terpisah dari perumpunan bidang pertanian. Dari berbagai komoditi unggulan, sektor perkebunan hingga saat ini masih didominasi  oleh karet, kelapa dan kelapa sawit masih merupakan primadona, walaupun saat ini harganya mengalami di pasaran internasional akibat dampak crisis ekonomi global. Namun, kita harus tetap optimis bahwa komoditi tersebut hanganya akan mengalami kenaikan seperti sebelum crisis terjadi sehingga komoditi dimaksud tetap menjadi primadona. Selain itu, penggabungan urusan kehutanan dan perkebunan didasari pertimbangan bahwa hutan produksi untuk saat ini sudah semakin menipis dan akan difokuskan pada pelaksanaan reboisasi serta pengembangan hutan tanaman industri. Tugas pokok dan fungsi Dinas Kehutanan dan Perkebunan meliputi: bidang penatagunaan dan rehabilitasi; bidang produksi dan perlindungan; serta bidang produksi perkebunan.

12) Dinas Pertambangan dan Energi
Urusan pertambangan dan energi yang diserahkan kepada Pemerintah Kabupaten sebagaimana yang diatur dalam PP Nomor 38 Tahun 2007 meliputi mineral, batubara, panas bumi dan air tanah, geologi, ketenagalistrikan, minyak dan gas bumi dianggap cukup layak untuk diwadahi dalam bentuk dinas tersendiri. Disamping itu, keberadaan dinas ini diharapkan dapat memacu pengembangan tenaga kelistrikan yang merupakan infrastruktur dasar yang harus dapat diwujudkan sesuai visi dan misi pemerintah daerah dan prioritas program pembangunan Kabupaten Kayong Utara selama 5 (lima) tahun.

13) Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Asset Daerah
Urusan pendapatan dalam bentuk pemungutan pajak dan retribusi, masuk dalam rumpun bidang pendapatan, pengelolaan keuangan dan aset. Berdasarkan UU Nomor 17 Tahun 2003 dan PP Nomor 58 Tahun 2005, pengelolaan keuangan daerah dilaksanakan oleh satuan kerja pengelola keuangan daerah. Dengan demikian, urusan pendapatan, pengelolaan keuangan dan asset daerah yang diusulkan tidak banyak mengalami perubahan dari unit kerja yang telah ada saat ini, hanya dilakukan beberapa penambahan bidang. Tugas pokok dan fungsi Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Asset Daerah antara lain meliputi: bidang pendapatan; bidang akuntansi; bidang anggaran dan  perbendaharaan; serta bidang pengelolaan asset.

d.                Lembaga Teknis Daerah
Lembaga teknis daerah menurut PP Nomor 41 Tahun 2007 mempunyai tugas melaksanakan kebijakan daerah yang bersifat spesifik dan merupakan unsur pendukung tugas kepala daerah. Lembaga teknis daerah diusulkan untuk dibentuk sebanyak 8 (delapan) Badan/Kantor. Jumlah yang diusulkan tidak melebihi dari jumlah yang diperkenankan untuk dibentuk berdasarkan nilai skoring yang ditetapkan oleh PP Nomor 41 Tahun 2007. Adapun lembaga teknis daerah yang diusulkan sebagai berikut:
1)    Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Badan ini pada umumnya tidak banyak mengalami perubahan, hanya dilakukan penyesuaian terhadap fungsi penataan ruang yang telah menjadi kewenangan dinas pekerjaan umum. Sedangkan fungsi penataan ruang yang terdapat di Bappeda berdasarkan Surat Edaran Mendagri hanya bersifat koordinasi. Untuk monitoring, evaluasi pembangunan daerah tetap menjadi bagian dari tugas dan fungsi Bappeda. Sedangkan pembinaan dan koordinasi pengendalian program pembangunan daerah berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 57 Tahun 2007 menjadi tugas pokok dan fungsí sekretariat daerah. Selain itu, badan ini diharapkan dapat menyusun blue print perencanaan pembangunan daerah secara menyeluruh dan serasi dengan Provinsi yang akan dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD). Tugas pokok dan fungsi Bappeda antara lain meliputi: bidang perencanaan social budaya dan pemerintahan; bidang perencanaan ekonomi; bidang perenacanaan sarana dan prasarana wilayah; serta bidang statistik, evaluasi dan litbang.
  
2)    Inspektorat Kabupaten
Inspektorat yang merupakan unsur pengawas penyelenggaraan pemerintahan daerah dan berdasarkan PP Nomor 41 Tahun 2007 wajib dibentuk institusi yang mandiri dan independen sehingga pengawasan terhadap program pembangunan dapat dilaksana-kan secara efektif. Selain itu, pembentukan organisasi pengawasan merupakan amanah undang-undang.

3)     Badan Pemberdayaan Masyarakat, Pemerintahan Desa,   Perempuan dan KB
Urusan pemberdayaan masyarakat, pemerintahan desa, perempuan dan KB di usulkan untuk diwadahi dalam unit kerja tersendiri karena isu pengarusutamaan gender pada saat ini telah menjadi kebijakan nasional. Selain itu, urusan pemberdayaan masyarakat, pemerintahan desa perempuan dan KB yang diserahkan kepada Pemerintah Kabupaten sebagaimana yang diatur dalam PP Nomor 38 Tahun 2007 cukup layak untuk diwadahi dalam unit kerja tersendiri. Penggabungan urusan pemberdayaan masyarakat, pemerintahan desa, perempuan dengan KB disamping sesuai dengan perumpunan urusan sebagaimana yang diatur dalam PP No 41 Tahun 2007, juga dalam rangka menampung urusan KB yang diserahkan kepada Pemerintah Kabupaten sebagaimana yang diatur PP Nomor 38 Tahun 2007. Tugas pokok dan fungsi unit kerja ini antara lain meliputi: bidang pemberdayaan masyarakat; bidang pemerintahan desa; bidang pemberdayaan perempuan; serta bidang keluarga berencana.

4)   Kantor Kesatuan Bangsa, Politik dan Linmas
Pada umumnya urusan ini tidak banyak mengalami perubahan dari unit kerja yang selama ini telah ada dalam bentuk kantor, hanya perlu dilakukan penambahan urusan politik sebagaimana yang diatur dalam PP Nomor 38 Tahun 2007. Selain itu, urusan kesatuan bangsa dan politik mempunyai peran yang strategis dalam memberikan dukungan penyelenggaraan pemilu seperti verifikasi partai politik di daerah sebagaimana diamanatkan dalam Undang-undang Partai Politik. Lingkup tugas pokok dan fungsi unit kerja ini meliputi: urusan kesatuan bangsa, politik, dan perlindungan masyarakat.

5)    Kantor Lingkungan Hidup
Urusan lingkungan hidup juga tidak banyak mengalami perubahan dari unit kerja yang selama ini telah ada dalam bentuk kantor. Hanya ditambahkan fungsi yang akan melaksanakan penanggulangan pencemaran yang disebabkan oleh kebakaran hutan dan lahan, serta pencemaran yang disebabkan oleh industri rumah tangga, hotel atau perusahaan. Mengingat hal hal tersebut, maka disarankan eksistensi lembaga ini tetap dipertahankan dalam bentuk Kantor.
perlunya unit verja ini juga dikarenakan urusan lingkungan bersifat multi-kompleks, dimana potensi kerusakan sumberdaya alam relatif besar, serta tidak jarang berpotensi konflik. Disamping itu persoalan lingkungan harus ditangani secara bersama dan komprehensif oleh seluruh stake holders serta partisipasi masyarakat, dan lembaga swadaya masyarakat dalam mengelola lingkungan.

6)    Kantor Penyuluhan
Urusan penyuluhan yang diusulkan ini tidak banyak mengalami perubahan dari unit kerja yang telah ada selama ini, hanya nomenklatur pertanian, perikanan dan kehutanan yang selama ini melekat dibelakang kata penyuluhan, namun tugas pokok dan fungsi penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan tetap melakat dalam unit kerja ini. Selain itu, pembentukan unit kerja penyuluhan yang terintegrasi (pertanian tanaman pangan, perkebunan, peternakan, perikanan dan kehutanan) merupakan amanah UU Nomor 16 Tahun 2006.
  
7)   Kantor Ketahanan Pangan
Pembentukan Kantor ketahanan pangan yang diusulkan dalam rangka untuk melaksanakan amanah undang-undang. Urusan ketahanan pangan yang diserahkan kepada pemerintah Kabupaten berdasarkan PP Nomor 38 Tahun 2007 cukup relevan apabila diwadahi dalam bentuk Kantor. Selain itu pangan yang merupakan kebutuhan pokok dimana ketersediaannya sangat terkait dengan kondisi kesehatan, kecerdasan dan produktivitas sumber daya manusia, maka diperlukan perhatian khusus dalam menangani hal tersebut, yaitu melalui kebijakan, pemantauan, analisis dan evaluasi dan dilanjutkan dengan perumusan strategi dan penyusunan program kegiatan pencegahan dan penanggulangannya. Oleh karena itu diperlukan adanya wadah organisasi yang cukup memadai guna menangani urusan ketahanan pangan.

8)    Kantor Kearsipan, Perpustakaan dan Dokumentasi
Urusan kearsipan, perpustakaan, dan dokumentasi yang ada selama ini tidak banyak mengalami perubahan dan penggabungan urusan ini sesuai dengan perumpunan urusan sebagaimana yang diatur dalam PP Nomor 41 Tahun 2007.
  
e.   Satuan Polisi Pamong Praja
Pembentukan organisasi satuan polisi pamong praja perlu dilakukan dalam rangka menjaga dan menertibkan peraturan daerah dan peraturan Kepala Daerah, yang pembentukannya berdasarkan Pasal 148 UU Nomor 32 Tahun 2004 dan PP Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pedoman Satuan Polisi Pamong Praja. Tugas pokok dan fungsi Satuan Polisi Pamong Praja antara lain meliputi: penyeleng-garaan ketentraman dan ketertiban umum, pengawalan/ menegak-kan Peraturan Daerah dan Peraturan Kepala Daerah, serta melakukan koordinasi dengan aparat Kepolisian Negara dalam Penyidikan Pegawai Negeri Sipil (PPNS). Lembaga ini layak dibentuk mengingat aparat Kepolisian sebagai lembaga penegak kemananan dan ketertiban masyarakat tidak menangani permasalahan yang berkaitan dengan penegakan Perda dan Peraturan Kepala Daerah.

f.    Staf Ahli
Berdasarkan Pasal 36 PP Nomor 41 Tahun 2007, Bupati dalam melaksanakan tugasnya dapat dibantu oleh Staf Ahli sebanyak 5 (lima) orang yang terdiri dari Pegawai Negeri Sipil. Berdasarkan Permendagri Nomor 57 Tahun 2007 staf ahli terdiri dari:
1)   Staf Ahli Bidang Hukum dan Politik
2)   Staf Ahli Bidang Pemerintahan
3)   Staf Ahli Bidang Bidang Pembangunan
4)   Staf Ahli Bidang Bidang kemasyarakatan dan SDM
5)   Staf Ahli Bidang Bidang Ekonomi dan Pembangunan.
Namun demikian, pembentukan staf ahli diserahkan sepenuhnya kepada Kepala Daerah (Bupati) berdasarkan kebutuhan melalui analisis beban kerja.
g.  Lembaga Lain
Berdasarkan pasal 45 PP Nomor 41 Tahun 2007 mengamanatkan bahwa ”Dalam rangka melaksanakan tugas dan fungsi sebagai pelaksanaan peraturan perundang-undangan dan tugas pemerintah-an umum lainnya, pemerintah daerah dapat membentuk lembaga lain sebagai bagian dari perangkat daerah”. Guna mengimplemen-tasikan peraturan perundang-undangan dan tugas pemerintahan umum lainnya, pemerintah daerah dapat membentuk lembaga lain yang merupakan bagian dari perangkat daerah, seperti sekretariat Badan Narkotika Kabupaten, Sekretariat Komisi Penyiaran Indenpenden Daerah, Sekretariat Dewan Pengurus Korpri Kabupaten, dan lain lain sebagaimana yang diamanatkan oleh Undang-undang. Namun, pembentukan lembaga lain tersebut akan diajukan kemudian dengan Peraturan Daerah tersendiri setelah melakukan kajian dari aspek beban kerja dan aspek kebutuhan, serta aspek lainnya seperti ketersediaan anggaran, sumber daya manusia dan peralatan. Sambil menunggu proses pembentukannya, tugas-tugas yang berkaitan dengan lembaga lain akan ditangani secara fungsional oleh unit kerja yang berkenaan.

  
D.   PENUTUP
Demikian beberapa pokok-pokok pikiran yang dapat dikemukakan berkenaan dengan penataan organisasi perangkat daerah Kabupaten Kayong Utara, yang juga disertai dengan lampiran rancangan peraturan daerah, dan perbandingan jumlah jabatan struktural.

 

Sumber : http://ayek127.blogspot.com/feeds/posts/default

Pesona Bukit Daya Atau Bukit Unta Bagi Pemanjat


Bukit Batu Daya atau Bukit Unta merupakan salah satu bukit batu yang ada di kalbar selain bukit kelam, lokasi Bukit Daya atau Bukit Unta ini lokasinya berada di Desa Matan, Kecamatan Simpang Hilir, Kabupaten Kayong Utara, Kalimantan Barat.

Mengapa Bukit yang mirip punggung unta ini disebut Batu Daya karena siapa pun yang melihat bukit Daya ini akan terpedaya matanya karena terpesona.

Patut diketahui bahwa bila dilihat dari tempat yang berbeda maka bentuk Bukit Daya atau Bukit Unbta ini akan terlihat berbeda dan inilah yang menjadi pesona bukit Daya atau Bukit Unta.

Bukit Daya atau Bukit Unta ini berdiri kokoh karena hampir seratus persen bukit Daya ini merupakan batuan keras jenis semi gramit maka tidaklah mengherankan terlihat mempesona dari kejauhan.

Selain itu dibagian Bukit Daya tidak ditumbuhi pepohonan sehingga terlihat jelas, suasana bukit Daya atau bukit Unta ini semakin agung apabila sebagian bukitnya tertutup kabut dan terkesan penuh misteri.

Bila berlayar dari Pontianak atau Pulau Karimata, maka bukit Batu Daya ini tampak menonjol pada gugusan Gunung Palung, karena bentuknya yang kokoh bersegi seperti gantang (takaran padi).

Bukit Daya cenderung dikenal masyarakat kayong dengan nama bukit Unta karena bentuk bukitnya terlihat seperti panggung unta, nah penasarankan.

Bukit Daya atau Bukit Unta ini terletak antara perbatasan Kecamatan Laur Kabupaten Ketapang dan Simpang Hilir dan Sukadana, kabupaten Kayong Utara.

Bukit Daya atau Bukit Unta termasuk dalam kawasan Taman Nasional Gunung Palung (TNGP) yang terkenal dengan spesies flora dan fauna langka di dunia.

Bukit Daya terkenal terjal dan berbatu sehingga seorang anggota mapala UI yang saat itu melakukan ekspedisi pemanjatan tebing meninggal karena jatuh dari bukit ini.

Di kalangan pemanjat tebing (rock climber) Bukit Daya sudah begitu terkenal karena memiliki jalur tebing yang menantang selain dari Tebing Kelam yang berada di kabupaten Sintang.

Sedangkan bagi wisata minat khusus, hal ini tak bermasalah, karena sepanjang waktu bisa saja berkunjung ke daerah ini dan dipastikan dapat mendapatkan kepuasan karena bukit Unta beda dari gunung-gunung di berbagai negara.

Apabila anda ingin melakukan perjalanan ke bukit Daya dapat melalui jalur jalan Rasau Jaya, Kabupaten Kubu Raya menggunakan Speed boat selama sekitar tiga jam sampai ke Telok Melano Ibukota Kecamatan Simpang Hilir, Kabupaten Kayong Utara. Perjalanan kemudian dilanjutkan dari Telok Melano menuju Desa Perawas atau Desa Matan. Dari desa Berawas ini Keagungan Bukit Batu Daya sudah dapat kita lihat dengan jelas. Kemudian perjalanan dilanjutkan dengan menggunakan ojek kendaraan roda dua karena karena tidak ada lagi anggkutan darat lainnya.

Potensi Bukit Batu Daya atau Bukit Unta hingga sekarang belum tergarap secara maksimal karena akses yang sulit, hal ini disebabkan memang angkutan reguler yang rutin belum tersedia.

Tetapi dengan program pemerintah Kabupaten Kayong Utara akan merealisasikan jalan trans Kalimantan yang diharapkan akan menjadi penarik minat para wisatawan dan pemanjat tebing untuk datang ke Bukit Batu Daya karena tidak mengalami masalah transportasi menuju Bukit Daya atau Bukit Unta.

Bagi Anda yang merasa tertarik atau tertantang untuk menikmati salah satu sekian banyak keajaiban Sang Maha Pencipta tidak salahnya datang ke Bukit Daya atau Unta.

Sumber : http://j3ndr4lj4ck.blogspot.com/2011/07/pesona-bukit-daya-atau-bukit-unta-bagi.html

SERIBU PULAU BERJUTA HARAPAN


 





Seribu Pulau Berjuta Harapan


( Dalam Kacamata Sang Film Maker)


Oleh : Miftahul Huda & Hasanan


A. Latar Belakang

Sebuah perjalanan panjang yang berujung pada realitas yang begitu menyedihkan, yaitu mengenai suatu kehidupan masyarakat kepulauan yang tertinggal dari berbagai sektor, di tambah lagi dengan berbagai  permasalahan yang terjadi dimasyarakat sudah sedemikian parah, bagaikan benang yang  kusut  begitu sulit dan payah nya untuk terurai, sehingga hampir di setiap sisi tidak ada celah penyelesaian yang tepat.

Salah satu Misi perjalanan kami adalah dalam rangka pembuatan film Dokumenter mengenai kehidupan masyarakat kepulauan. Film ini akan kami kemas secara faktual dengan mengangka realita yang dalam kehidupan masyarakat kepulauan. Namun demikian kami juga membuat perimbangan berita dalam memaparkan suatu masalah sehingga film yang kami suguhkan tidak terkesan berat sebelah atau terkesan berfihak kepada golongan tertentu, karena pada dasarnya pembuatan film pada kali ini kami lakukan secara independent tanpa ada campur tangan dari pihak manapun, dan dengan tegas kami katakan tidak ada yang bisa mengintervensi kami . Film ini kami buat semata mata  sebagai kontrol bagi masyarakat dan juga Pemerintah.

Perjalanan kami ke pulau pelapis di mulai dari tanggal 3 Desember 2011, dengan menyusuri sungai Rantau Panjang, kemudian melintasi beberapa desa pesisir hingga sampailah kami di pulau pelapis pada tanggal 4 Desember 2011. di tengah tengah perjalanan, kami begitu terkesan dengan potensi sumber daya alam dari kepulauan pelapis yang sudah tidak di ragukan lagi, namun sungguh di sayangkan sumber daya alam tersebut belum di kelola secara maksimal oleh pemerintah daerah. Terumbu karang, Pantai, hutan yang masih perawan hendaknya meski di manfaakan sebagai salah satu objek pariwisata, hal ini  di maksudkan agar menjadi aset bagi pemerintah daerah dan masyarakat, juga yang tidak kalah penting nya untuk menjaga kelestarian sumber potensi alam yang ada.

Rasa rasa nya memang begitu sulit berada di daerah kepulauan yang begitu jauh dari jangkauan informasi, di tambah lagi jalur transportasi hanya bisa di lakukan dengan menyeberangi laut, itupun tidak ada transportasi khusus yang melakukan rute dari daerah pesisir ke pulau pelapis. Benar adanya apabila di pulau pelapis pada saat ini memang masih terisolasi, Jalur Komunikasi telpon seluler juga sama sekali belum masuk, sehingga informasi terupdate begitu lamban sampai di daerah ini.

Ketika pertama kali kami menginjakkan kaki disana, kami juga sangat berkesan terhadap masyarakat kepulauan yang begitu ramah. Secara Ekonomi masyarakat kepulauan bisa di katakan rata rata mememiliki penghasilan lebih di bandingkan masyarakat pesisir pada umum nya. Bahkan jika di hitung  berdasarkan angka penghasilan, masyarakat yang rata rata berasal dari nelayan bisa mencapai Ratusan ribu bahkan jutaan rupiah per hari. Namun jika di hitung secara cermat penghasilan mereka yang besar tidak sesuai dengan minimnya fasilitas serta tingginya kebutuhan hidup yang harus mereka impor dari luar.



B. Tujuan

Tujuan Pembuatan Film ini kami maksudkan Sebagai berikut :

  1. Sebagai media netral bagai masyarakat dan pemerintah, juga kepada berbagai pihak terkait yang berkepentingan

  2. Menyajikan informasi yang akurat dan berimbang

  3. Mengungkap fakta yang sesungguhnya di sertainarasumber yang berimbang


C. Metode Pembuatan Film

Kami memiliki beberapa tahapan dalam proses pembuatan Film dokumenter ini, adapun tahapan tahapan tersebut adalah sebagai berikut :

  1. Proses Pengumpulan Materi meliputi



  1. Pengambilan gambar ke lokasi secara langsung

  2. Pengumpulan data seperti : berkas data audio &Visual baik berupa Data Digital mapun data mentah.

  3. Interview dengan objek yang berkaitan dalam tema film

  4. Pengmpulan bukti otentik berupa apa saja yang berkaitan dengan konsep film

  5. Perbandingan antara semua materi yang telah di kumpulkan

  6. Materi yang berkaitan dengan Unsur; Syara, pornografi, Individualitas golongan, kepentingan pribadi/ golongan, fitnah, bertentangan dengan norma agama, adat istiadat, dan bertentangan dengan hukum tidak akan kami masukkan dalam materi film yang sesungguhnya.



  1. Proses Pengolahan data meliputi



  1. Setelah semua materi kami nyatakan valid, maka kami baru melakukan proses Editing untuk mengkomparasi semua materi sesuai dengan konsep film yang telah kami susun .

  2. Peninjauan kembali.


Setelah editing di nyatakan selesai, maka kami akan melakukan peninjauan kembali terhadap isi keseluruhan film, terutama dari konten film yang mengandung unsur unsur pada point ( 2 b ) di atas, akan kami cut. Hal ini kami lakukan agar kelak tidak akan terjadi masalah ketika film sudah terpublish.



D. Fokus Permasalahan & Pengembangan

Untuk lebih fokus pada pembahasan kami akan menguraikan beberapa pokok permasalahan yang akan di angkat dalam pembuatan film yang saat ini sedang dalam tahap proses pengumpulan serta pengolahan data.

Adapun Fokus permasalahan kami adalah sebagai berikut :

  1. 1.      Program Pemerintah Mengenai pemberdayaan Rumput Laut


Niat baik pemerintah kayong utara dalam memberikan kesejahteraan masyarakat nya memang patut di hargai dan pantas di acungi jempol, dari mulai memberikan pendidikan gratis dan kesehatan gratis bagi masyarakatnya, belum lagi program program pemberdayaan masyarakat yang sudah tidak terhitung jumlah nya. Dan perlu di maklumi dari sekian banyak program yang di jalankan tersebut ada sebagaian program yang berjalan dengan tertatih tatih bahkan ada yang sama sekali mogok ataupun gagal total. Demikianlah program Pemberdayaan Rumput laut yang telah di hembuskan Dinas Kelautan Dan perikanana KKU di nilai gagal Oleh masyarakat, khususnya para pengelola budidaya Rumput Laut Yang berada di Pulau Pelapis.

Dari sekian banyakNarasumber yang kami wawancarai tidak satupun yang berhasil menjalankan usaha budi daya rumput laut, bahkan mereka kecewa terhadap pihak DKP KKU yang terkesan cuci tangan dengan konflik yang mereka hadapi mengenai budidaya rumput laut yang sudah mereka jalankan. Permasalahan masyarkat pelapis pelaku budi daya rumput laut adalah sebagai berikut :

  1. Mereka telah mengalami banyak kerugian baik waktu maupun financial, Hal ini di akibatkan karena mereka mengeluarkan modal pribadi dalam menjalankan usaha rumput laut.

  2. Usaha pokok mereka sebagai penangkap ikan yang awalnya sebagai sumber mata pencaharian mereka menjadi terbengkalai karena mengurusi rumput laut yang pada akhirnya juga tidak mendatangkan hasil.

  3. Faslitas penunjang budidaya rumput laut tidak di sediakan oleh pemerintah, yang ada hanya hanya asrama, itupun pada saat ini sedang dalam proses pembangunan.

  4. Titik final nya ketika usaha rumput laut terbengkalai akibat fasilitas penunjang dan skil yang tidak di bekali pemerintah, saat ini sebagian masyarakat pelapis memiliki masalah baru di antara nya adalah ; mereka kehabisan modal karena sudah habis habisan membudidayakan rumput laut, bahkan ada sebagian masyarakat yang tidak lagi percaya kepada program pemerintah kecuali dengan persyaratan tertentu.



  1. 2.      Kondisi Pendidikan Yang Memprihatinkan


Maju mundurnya suatu bangsa/daerah sangat di tentukan oleh Pendidikan, dan sasaran Pendidikan pada saat ini terfokus pada generasi muda yang nanti nya akan membangun bangs ini menjadi lebih maju. Sungguh ironis, ketika pertama kali kami menijakkan kaki di kompleks sekolah terpadu Kepulauan pelapis kami hanya berjumpa dengan dua orang guru, itupun ia harus mengajar semua anak didik nya yang berada di SD Dan SMP. Pertanyaan yang muncul, Kemanakah para guru yang lain ?,

Menurut hasil penelusuran yang kami lakukan para dewan guru memang sedang banyak tidak di tempat, mereka  sedang melakukan Ujian Universitas Terbuka yang biasa di laksanakan dua hari saja, Namun menurut keterangan para siswa, para Dewan guru telah lebih dari dua hari bahkan telah lebih dari satu minggu tidak di tempat.

Apapun alasan sang dewan guru yang meninggalkan kewajiban tentu membuat para siswa kecewa, terutama mereka yang sudah menduduki bangku akhir sekolah, tentu nya Ujian Nasional tidak lama lagi akan mereka laksanakan. Tidak berlebihan apabila para siswa menuntut haknya untuk di bina, di didik serta di beri materi pelajaran, karena walau bagaimanapun hal tersebut merupakan suatu kewajiban bagi sang dewan guru yang telah mengucapkan sumpah dan janji menjadi seorang Pendidik. Dan hendak nya usaha jerih payah para siswa untuk pergi kesekolah harus di hargai, karena sebagaian dari mereka harus melewatimedanyang sulit untuk di lalui.

  1. 3.      Konidisi Fasilitas Sarana Dan Prasarana Yang Tidak Mencukupi


Sebagai daerah yang baru terlahir bisa di katakan wajar apabila semua fasilitas bisa di katakan sangat minim. sarana vital yang tidak terdapat di pulau pelapis saat ini adalah; tidak ada nya sarana Komunikasi dan informasi, kurang nya sarana transportasi antar pulau, kurang nya sarana Pendidikan Dan kesehatan, kurang nya bangunan aparatur pemerintah dan keamanan.

  1. 4.      Sumber Daya Alam Yang Belum Terkelola Dengan Baik


Siapa yang tidak tahu jika di daerah kepulauan khususnya pulau pelapis hasil alam nya begitu melimpah. Hasil alam yang tekenal dari pulau ini adalah laut nya yang menghasilkan Ikan melimpah. Namun sayang pengelolaan yang di lakukan masih belum maksimal, hal ini terbukti karena sebagain masyarakat masih melakukan metode menangkap ikan secara tradisional, di tambah lagi kurang nya sosialisasi dari pemerintah.

  1. 5.      Arus Modernisasi Yang Berdampak Buruk


Sesuatu yang membuat kami cukup heran di daerah kepulauan yang jauh dari hingar bingar nya dunia luar, adalah berita mengenai pemakaian Obat obatan terlarang serta beberapa pelanggaran Norma agama. Walaupun aktivitas tersebut hanya di lakukan oleh segelintir orang dengan cara sembunyi sembunyi namun cukup membuat kami terpenrangah, betapa tidak. Bagaiamana mungkin pulau yang seharusnya tidak mengenal dan jauh dari virus perusak semacam itu mulai terjangkit hingga telah merenggut korban nyawa. Begitu juga pergaulan para muda mudi juga mulai mengkhawatirkan, mereka bisa saja terjerumus pada tebing kehidupan yang curam jika mereka tidak mampu mengendalikan diri.

Hal ini merupakan dampak dari arus Moderen yang di salah artikan. Sejujurnya mereka juga tidak ingin mengendaki hal tersebut, namun apa daya walaupun mereka ada pada Area perawan, namun sayang areal tersebut tidak memiliki cukup keamanan dan pengawasan serta kurang nya pembinaan pembinaan untuk memperhatikan mereka yang memenag perlu di perhatikan. Dalam hal ini semua Elemen masyarakat dan pemerintah mesti bertanggung jawab untuk melakukan semua fungsi fungsi tersebut, karena walau bagaimana pun nasib negara ini ada di tangan mereka.

  1. 6.      Carut Marut Nya Kepemerintahan Desa Saat Ini


Seperti yang kami tuliskan pada halaman depan, masalah Kepemerintahan Desa Di pulau pelapis pada saat ini sedemikian rumit, ibarat seutas benang yang telah kusut dan sulit untuk terurai, begitulah gambaran yang terjadi pada saat ini di Desa Pelapis.

Dalam hal ini banyak komponen pemerintah dari mulai tingkat desa hingga tingkat Kabupaten yang harus ikut menyelesaikan permasalahan agar tidak terus berlarut larut, karena walau bagaimanapun masyarakat Desa pelapis sangat memerlukan pemimpin untuk membangun daerahnya, bagaimana mungkin suatu Kecamatan tidak memiliki pemimpin dalam satu desa, karena memang kebetulan Kecamatan Kepulauan terletak Di Desa Pelapis. Pertanyaan nya sampai kapan Hal ini akan terus bertahan ?.

E. Penutup

Demikianlah kira nya konsep dasar pembuatan Film “Seribu Pulau Berjuta Harapan “. Kira nya film ini dapat bermanfaat bagi masyarakat luas khususnya bagi masyarakat Pulau Pelapis dan sekitar nya.


Kayong utara 9 Desember 2011


Tim Film Maker




































NO



Nama



Jabatan



Tanda Tangan


1.HasananPemimpin Redaksi 
2.Miftahul HudaPenulis Naskah/kameramen 
3.Leo WaldyEditor 
4Rd. Jamruddin SyNarator


Sumber : http://klinikstudio.wordpress.com/2011/12/11/seribu-pulau-berjuta-harapan/

 

Nyasar ke Kayong Utara, Guru Sertifikasi Ancam Mogok Mengajar

 Hingga berakhirnya tahun 2010, 161 guru Kabupaten Bengkayang yang telah dinyatakan lulus sertifikasi secara akademik dan ujian tertulis yang diselenggarakan Universitas Tanjungpura tak kunjung menerima gaji mereka sebagai guru yang memiliki bersetifikasi pendidik. Gusar karena uang yang seharusnya mereka terima setiap satu semester (6 bulan) pada tahun 2010 lalu tak kunjung dinikmati. Akibatnya, sebagian besar guru tersebut mengancam akan melakukan aksi “mogok mengajar”.



KrisantusSiswa SMP Santa Tarsisia Berfoto Bersama Usai Mengikuti Pelatihan Singkat Terkait Penulisan Puisi dari Bang Yusriadi


Ancaman ini bukan isapan jempol belaka, Toni, S.Pd, seorang guru SMPN 1 Lumar menyebutkan saat ini para guru sertifikasi yang tak kunjung menerima gaji tersebut telah membuat surat pernyataan yang menyatakan pihaknya akan melakukan aksi mogok mengajar apabila pada tahun 2011 ini gaji yang menjadi hak mereka belum diperoleh.

Dalam penjelasannya, Toni mengatakan, dua tahun sebelum 2010, proses penerimaan gaji guru sertifikasi berjalan lancar, dimana sesuai dengan waktunya, uang yang telah menjadi hak mereka diterima langsung melalui rekening masing-masing guru. Pada saat itu, gaji yang mereka terima masih dikelola oleh pemerintah pusat. Namun, sejak tahun 2010, terjadi perubahan, anggaran bagi guru sertifikasi diserahkan kepada daerah agar disalurkan kepada guru tersebut.

“Tapi hingga tahun 2011 ini, uang gaji sertifikasi tak kunjung diterima,” ungkap Toni.

Karena pada semester I tahun 2010 uang tersebut tak kunjung diperoleh, para guru kemudian mempertanyakan hal ini dipertanyakan pada instansi terkait, namun alasan yang mereka (guru) peroleh adalah, dana yang sertifikasi milik guru di Bengkayang nyasar ke Kabupaten Kayong Utara. Hal itu dimaklumi. Namun kembali, setelah semester II berlalu seiring berakhirnya tahun 2010, gaji guru sertifikasi masih belum diterima para guru. Atas kejadian itu, sangat dikhawatirkan uang tersebut sengaja diendapkan terlebih dahulu.

Secara hitungan kasar apabila gaji pokok 161 guru itu adalah Rp.1.800.000, dikalikan 12 bulan, berarti uang gaji guru sertifikasi yang mesti dicairkan senilai Rp.3.477.600.000. Dapat dibayangkan berapa besar keuntungan yang diperoleh apabila uang tersebut oleh Oknum tertentu dibungakan di Bank.

Dihubungi terpisah, Selasa (25/1), Kepala Dinas Pendidikan Bengkayang, Silverius Sinoor, SH mengatakan bahwa dana bagi guru sertifikasi yang semestinya diterima daerah ini pada tahun 2010 lalu tidak bisa diperoleh karena dari Pusat (Kementerian Pendidikan) dana tersebut disregkan (ditransferkan) kepada Pemda Kayong Utara.

Permasalahan itu terjadi karena adanya kesalahan administrasi. Dimana para guru sertifikasi tersebut oleh pihak Kementerian Pendidikan di SK-kan sebagai guru sertifikasi dari Pemda Kayong Utara. Dan berdasarkan SK itupula, oleh pihak Kementerian Keuangan uang para guru sertifikasi tersebut ditransferkan ke rekening milik Pemda KKU. Ketika pihaknya mempertanyakan permasalahan itu, baik ditingkat pusat maupun langsung ke KKU, dana yang dimaksud tidak dapat diberikan kepada Pemda Bengkayang. Sementara bagi Pemda KKU, karena uang tersebut bukan menjadi miliknya, akhirnya mereka diwajibkan untuk mengembalikannya ke Kas Negara, selanjutnya baru bisa diserahkan kepada Pemda Bengkayang.

Lebih lanjut, Sinoor menyebutkan, dengan telah diubahnya SK guru tersebut, sekarang uang tersebut sudah jelas dan akan dicairkan pada tahun 2011 ini. Namun kapan waktu yang pasti Ia juga belum tahu karena dalam proses pencairannya itu menjadi kebijakan dari Pusat.

“Saat ini kita masih menunggu kebijakan dari pusat terkait pencairan dana tersebut,” terang Sinoor.

Setelah diurus kembali, bahkan dari pihak Pemda Bengkayang sendiri turun ke KKU untuk mempertanyakan hal itu namun dana yang tersebut tidak bisa dicairkan. Namun karena dana tersebut bukan menjadi miliknya, Pemda KKU akan mengembalikan uang tersebut ke Kas Negara selanjutnya dari Pihak pusat baru mencairkan dana itu kepada Pemda Bengkayang.

Adapun 161 guru yang dimaksud adalah mereka yang telah dinyatakan lulus sebagai guru bersertifikasi mulai dari tahun 2006 hingga 2010, sementara gaji sertifikasi yang belum diterima adalah gaji pada tahun 2010. Perlu diketahui, Sertifikasi guru adalah proses pemberian sertifikat pendidik kepada guru yang telah memenuhi persyaratan yang telah ditentukan. Khususnya yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen (UUGD), persyaratan tersebut seperti memiliki kualifikasi akademik, penguasaan kompetensi, sehat jasmani dan rohani serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Sementara gaji yang berhak diterima para guru tersebut adalah sebesar 1 kali gaji pokok.

sumber : http://bengkayangs.wordpress.com/2011/01/25/nyasar-ke-kayong-utara-guru-sertifikasi-ancam-mogok-mengajar/

Kamis, 22 Desember 2011

KAYONG UTARA Kabupaten Termiskin Menggratiskan Pendidikan

Kompas.com Senin, 6 Juni 2011 | 04:23 WIB



Kebodohan telah melanggengkan kemelaratan dan kekuasaan kolonial Belanda. Pendidikan kemudian menjadi tema sentral dalam pergerakan nasional. Inilah yang mendorong Tan Malaka, Bung Karno, Sjahrir, Ki Hajar Dewantara, dan tokoh-tokoh lainnya mendirikan sekolah dan ikut mengajar.

Bertolak dari perjalanan sejarah yang pahit, para pendiri Republik bercita-cita bahwa kemerdekaan akan mengantar rakyat Indonesia menjadi bangsa yang cerdas. Agar hal ini tidak dilupakan generasi penerus, ihwal mencerdaskan bangsa dicantumkan dalam pembukaan UUD 1945.

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono berusaha melaksanakan amanat itu. Anggaran sektor pendidikan digenjot, terbesar dibandingkan sektor lainnya. Pemerintah kemudian mengumumkan wajib belajar 9 tahun bagi anak-anak Indonesia.

Akan tetapi, dalam pelaksanaannya program mencerdaskan bangsa justru menjadi lahan baru untuk memperkaya diri kalangan pejabat. Aneka tafsir kemudian muncul. Ada yang berpendapat, wajib belajar bukan berarti sekolah gratis. Karena itu, berbagai pungutan tetap marak.

Ada pula yang berpendapat, program itu hanya berlaku bagi siswa dari keluarga miskin. Yang dibebaskan pun hanya sumbangan penyelenggaraan pendidikan (SPP). Selebihnya harus tetap membayar, seperti uang masuk sekolah, seragam, uang buku, dan sumbangan investasi pembangunan gedung.

Alhasil, banyak anak yang putus sekolah karena orangtuanya tidak mampu. Lalu terjadi banyak kasus pelajar yang nekat melakukan percobaan bunuh diri bahkan bunuh diri karena orangtuanya tak mampu membayar tunggakan SPP.

Lantas, apa sesungguhnya yang terjadi pada pendidikan kita?

 

Kabupaten termiskin

Di Kalimantan Barat, Pemerintah Kabupaten Kayong Utara melangkah lebih progresif. Sejak terbentuknya kabupaten ini tahun 2007, sebagai pecahan Kabupaten Ketapang, wajib belajar dilaksanakan secara absolut dan tidak hanya 9 tahun, tetapi 12 tahun. Selain itu, Pemkab juga menyiapkan pelayanan kesehatan 24 jam berikut tenaga dokter, secara gratis.

Berbeda dengan konsep wajib belajar 9 tahun yang sasarannya lebih kepada keluarga tidak mampu, Pemkab Kayong Utara menetapkan semua murid sekolah—negeri maupun swasta, TK hingga SLTA—tidak dikenakan SPP dan pungutan lainnya.

Pemkab juga menyediakan dua setel seragam, termasuk batik, dan buku-buku pelajaran secara gratis. ”Dengan demikian, tidak ada alasan orangtua melarang anaknya sekolah. Dan pemerintah sudah melaksanakan kewajibannya dalam mencerdaskan bangsa,’’ kata Hildi Hamid, Bupati Kayong Utara.

Kayong Utara merupakan kabupaten termiskin di Kalbar. Mayoritas penduduknya adalah petani gurem dan nelayan tradisional, kecuali di Pulau Karimata dan pulau-pulau lain yang telah menggunakan alat tangkap modern.

Data Bappeda setempat tahun 2010 menunjukkan, kepadatan penduduk Kayong Utara berkisar 20 jiwa per kilometer persegi. Namun, dari 95.605 jiwa penduduk, sebanyak 39.408 jiwa dikategorikan miskin (sekitar 41 persen).

Menurut Hildi, akibat kemiskinan, angka putus sekolah sangat tinggi pada masa lalu. Bangku sekolah banyak yang kosong. Orangtua melihat anaknya lebih bermanfaat membantu di ladang atau menangkap ikan di laut. Sebagian lagi membiarkan anaknya berkeliaran. Data tahun 2009 menunjukkan, jumlah anak telantar 149 orang.

”Setelah sekolah digratiskan, jumlah yang mendaftar membeludak. Bahkan, ada yang usianya di atas 15 tahun mendaftar di SLTP. Ini menunjukkan meningkatnya minat belajar,’’ kata Hildi.

Di kabupaten ini terdapat 13 TK, 101 SD dan 7 sekolah agama setingkat SD, 32 SLTP dan 4 sekolah agama setingkatnya, 7 SLTA dan 2 sekolah agama setingkat, serta 3 SMK.

Menurut Hildi, pada awalnya Pemkab kesulitan mendatangkan tenaga pengajar. Mereka menganggap Kayong Utara sebagai daerah terpencil dan terbelakang. Namun, setelah Pemkab memutuskan mengutamakan guru dalam penerimaan calon pegawai negeri baru, yang mendaftar membeludak. Bahkan, ada yang dari Aceh.

 

Pelayanan kesehatan gratis

Bertolak dari gawatnya kemiskinan di Kayong Utara, Pemkab juga menggratiskan pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Memang, di daerah ini belum ada rumah sakit karena memang belum dirasakan mendesak, sementara biaya operasional rumah sakit cukup besar.

Sejauh ini puskesmas yang ada dimodifikasi dan dilengkapi peralatan kedokteran, ruang rawat inap, dan dokter jaga 24 jam. Dokter spesialis juga didatangkan pada hari tertentu.

Di daerah lain, seusai jam kerja di puskesmas, dokter umumnya membuka praktik di rumah dinasnya dengan tarif yang berlaku umum. Di Kayong Utara, agar pasien tidak dipungut bayaran, Pemkab memberi insentif kepada dokter sebesar Rp 100.000 per pasien yang datang ke rumahnya di luar jam kerja.

Insentif bagi dokter kapal puskesmas jumlahnya lebih besar, Rp 2 juta untuk sekali perjalanan. Kapal puskesmas ini dilengkapi peralatan kedokteran untuk melayani penduduk di pulau-pulau. Sekali perjalanan membutuhkan waktu 7 hari.

”Walaupun saat ini hanya puskesmas, jika dokter berpendapat pasien harus dirujuk ke rumah sakit di kabupaten lain, Pemkab akan menanggung biaya ambulans dan rumah sakitnya. Jika dokter di rumah sakit mengatakan pasien harus dirujuk ke rumah sakit di Jakarta, Pemkab akan menanggung semua biayanya,’’ kata Hildi.

Kayong Utara jelas bukan daerah penghasil minyak bumi, melainkan kabupaten termiskin dan terbelakang di Kalbar. Lantas, bagaimana Pemkab membiayai semua pelayanan gratis tersebut?

 

Hanya beberapa miliar

Hildi terperanjat ketika ditanyakan hal itu. Ia mengatakan, pemerintah telah menyiapkan bantuan operasional sekolah (BOS) dan BOS daerah. Untuk kesehatan ada jamkesmas, askes, dan lain-lain. Pemkab hanya menambah beberapa miliar untuk menggratiskan pendidikan dan pelayanan kesehatan.

”APBD Kayong Utara ratusan miliar setiap tahun. Apalah artinya jika Rp 5 miliar atau Rp 10 miliar dialokasikan untuk menggratiskan pendidikan dan kesehatan,’’ kata Hildi.

Dengan menggratiskan pendidikan, masyarakat menjadi bergairah kembali. Anak-anak mereka tidak lagi memegang cangkul di ladang, menangkap ikan di laut, atau berkeliaran di pasar, tetapi kini duduk di bangku sekolah tanpa merasa rendah diri, membaca buku yang sama dan belajar bersama.

Agar progam pendidikan dan kesehatan gratis tersebut berkesinambungan, direncanakan akan ditetapkan dalam perda. Selama ini hanya berdasarkan keputusan bupati.

Bupati Hildi mengaku mendapat banyak masukan dari pamannya, pengusaha nasional Oesman Sapta, yang juga lahir dan besar di Kayong Utara, terutama agar mendahulukan kepentingan rakyat dan tidak membebaninya.

Terlepas dari semua itu, Kayong Utara layak menjadi contoh bahwa pendidikan dan pelayan kesehatan gratis bukanlah masalah yang membutuhkan dana besar. (Maruli Tobing)

DPRD Sikapi Persoalan Bibit Rumput Laut



SUKADANA – Persoalan pengadaan bibit rumput laut oleh Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kabupaten Kayong Utara mendapat tanggapan serius dari anggota DPRD Kabupaten Kayong Utara, Yulisman. Anggota Komisi II ini meminta agar DKP mengambil tindakan tegas terhadap penyedia jasa.“Kalau memang pengadaannya tidak sesuai kontrak, maka DKP selaku pihak yang dirugikan harus tegas,” ujarnya. Menurut dia, penjelasan pihak DKP sebelumnya mengenai pengadaan bibit rumput laut tersebut, terkesan membela penyedia jasa. “Ada apa antara DKP dengan penyedia jasa?” ucapnya, Senin (5/12).

Ditegaskan legislator PBR ini, seharusnya DKP tidak mesti mencari tahu ke mana dan di mana penyedia jasa memperoleh bibit rumput laut tersebut. Yang jelas, menurut dia, bibit yang didatangkan harus sesuai dengan volume kontrak yang telah ditetapkan. “Kalau pengadaannya sesuai kontrak seberat 1.225 ton, maka bibit yang didatangkan harus sesuai dengan volume dan tidak boleh kurang dari itu,” ujarnya.

Seperti diberitakan sebelumnya, SM Yasin dari DKP menjelaskan bahwa pengadaan bibit rumput laut tersebut dipercayakan kepada CV Family, untuk Desa Pelapis, seharusnya seberat 1.225 ton. Namun, volumenya tidak terpenuhi karena dalam pengadaannya terbebankan ke biaya transportasi. Dijelaskan dia bahwa untuk transportasi saja memakan biaya hingga Rp39 juta, dari alokasi anggaran sekitar Rp49 juta. Ini terjadi karena bibit rumput laut tersebut diperoleh dari Mataram, NTB.
Menurut Yulisman, biaya transportasi sudah seharusnya menjadi tanggungjawab penyedia jasa. Persoalannya, ditambahkan dia, jika memang merasa rugi, kenapa penyedia jasa bersedia untuk mengadakan bibit rumput laut tersebut ke kabupaten ini. “Kita merasa aneh dengan pengadaan ini, bagaimana perencanaan awal penganggaran oleh DKP? Saya pribadi sangat kecewa (telah) menyetujui anggaran ini jika akhirnya seperti ini,” tandasnya.

Terpisah, Muslim, warga Desa Pelapis, Kepulauan Karimata, membantah kalau desanya telah menerima bibit rumput laut yang kapasitasnya mencapai sekian ton. “Bohong kalau desa kami menerima bibit rumput laut yang mencapai ton,” tegas Muslim. Menurutnya, di Pelapis terdapat sebanyak 12 kelompok. Masing-masing kelompok terdiri atas 10 orang. Masing-masing orang dalam kelompok itu hanya menerima bibit rumput laut sekitar 1 kilogram. “Ada 12 kelompok yang diberikan bibit rumput laut dan masing-masing orang dalam kelompok hanya dapat sekitar 1 kilogram dan ini yang disuruh kembangkan hingga enam bulan,” jelas Muslim seraya menyebut selama enam bulan tidak ada perhatian dari DKP bagi warga yang membudidayakan rumput laut. (mik)

 

Sumber : http://www.pontianakpost.com/index.php/function.mysql-query?mib=komentar&id=102250

Kejari Bidik 4 Tersangka di Diknas Kayong Utara





Laporan Wartawan Tribun Pontianak, Ali Anshori

TRIBUNNEWS.COM,KETAPANG - Kejaksaan Negeri Ketapang, Kalimantan Barat, membidik empat tersangka dalam kasus dugaan korupsi APBD di Dinas Pendidikan Kabupaten Kayong Utara (KKU).

Dalam kasus pembangunan gedung sekolah di daerah tersebut kerugian negara mencapai Rp 500 juta.

“Dari laporan yang kami terima pembangunan gedung sekolah tersebut tidak sesuai dengan besteknya, kita sudah melakukan penyelidikan, dan kemungkinan akan ada empat orang yang akan kita jadikan tersangka dalam kasus ini,” kata kasi pidsus Dezi Sp Senin (12/12/2011).

Empat orang yang diduga terlibat dalam proyek tersebut diantaranya, AS, Ewa, Tas dan HY. Mereka merupakan orang-orang yang berada di dinas pendidikan Kayong Utara. Namun demikian dirinya belum bersedia memberikan keterangan lebih rinci berkenaan dengan empat orang tersebut.

“Masih dalam penyelidikan, kita tidak bisa mengekspos lebih jauh, demikian juga dengan mereka yang diduga terlibat. Nanti kalau dibeberkan semua mereka bisa melarikan diri,” ujarnya.

Selain kasus tersebut, pada tahun 2011 ini, kejaksaan Ketapang juga tengah menangani dua kasus lain pada badan usaha milik negara (BUMN) di Ketapang, antara lain kasus korupsi pada PT PLN dengan tersangka Uray Asman, dan  satu kasus lainnya yakni pada PT POS dengan tersangka Sadikin.

“Untuk kasus di PT PLN ini sudah inkraht, sementara untuk kasus korupsi pada PT POS sudah memasuki tahap satu,” tegasnya.

Seperti diketahui, untuk kasus korupsi pada PT Pos tersebut dilakukan bekas pimpinan PT Pos cabang Manismata, dengan kerugian negara sebesar Rp336.824.914. Ketika menjadi pimpinan cabang hingga Oktober 2009, tersangka mengambil uang di brankas. Sedikit demi sedikit demi kepentingan pribadinya.

Sementara untuk kasus korupsi PT PLN yakni penyelewengan BBM di Lisdes Kecamatan Kendawangan. Kejaksaan Negeri Ketapang, telah menetapkan tersangka Urai Asman, sebagai penanggung jawab Listrik Desa Air Hitam.

Dalam kasus dugaan hilangnya distribusi Bahan Bakar Minyak jenis solar untuk keperluan Listrik Desa pada tahun anggaran 2007, dengan kerugian saat itu sekitar Rp400 juta.

Pada tahun anggaran 2007, PLN Cabang Ketapang mendistribusikan BBM solar ke Listrik Desa Air Hitam. Namun pada November 2007, dilakukan pemeriksaan oleh tim 'Mawar' dan ditemukan selisih sekitar 60 ton.

Dezi menambahkan, jika dibandingkan pada tahun 2010, kasus korupsi yang ditangani kejaksaan negeri Ketapang pada tahun 2011 ini mengalami peningkatan. Di Tahun 2010 terdapat 5 kasus korupsi yang kesemuanya sudah diputus.

Untuk tahun 2010 beberapa kasus korupsi yang ditangani diantaranya, kasus korupsi di diknas Ketapang, dengan tersangka Lexy Pangalila, kasus korupsi di dinas kelautan dan perikanan yang melibatkan empat orang tersangka, diantaranya Sutarno, Harusungan, dan Teddy Affandi.

“Ketiganya saat ini sedang banding, dan satu kasus lagi adalah PNPM, atas nama Herri Suhardiansyah,” ujarnya.

 

Sumber dari  :

http://www.tribunnews.com/2011/12/12/kejari-bidik-4-tersangka-di-diknas-kayong-utara