WK-Brand Logo

Minggu, 19 Januari 2014

Penyair Muda yang Berbakat

penyair muda rantau panjang, warta kayong kalbar

SIMPANG HILIR - Adalah Burhami (16), siswa kelas 1 SMAN 3 Simpang Hilir. Dalam acara pembukaan perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW 1435 Hijriah, Minggu (19/1/2014), yang diselenggarakan Remaja Masjid Babul Hasanah Rantau Panjang. Burhami tampil memukau dengan Syair Gulungnya. Semua mata dan telingga tertuju kepadanya. Tawa dan tepuk tangan pun memeriahkan penampilannya.


Burhami merupakan generasi yang berbakat. Diusianya yang masih terbilang belia, dia sudah mampu berkarya. Pasalnya, menjadi penyair itu tidak mudah. Butuh bakat dan kemauan yang sungguh-sungguh. Namun Burhami telah membuktikan, bahwa dia memilki bakat dan kemampuan dalam seni klasik ini. Terbukti, syair gulung yang dibacakannya adalah buah dari karyanya sendiri.


Ditengah krisis kepercayaan dan stikma buruk anak muda sekarang terhadap seni budayanya sendiri, Burhami tampil penuh percaya diri. Baginya, seni dan budaya itu harus dilestarikan, agar ia tidak punah ditelan jaman. Sebab, budaya memiliki nilai dan kearifan lokal. Alhasil, syair yang terdiri dari 16 bait ini, mendapat apresiasi dari hadirin yang hadir dalam acara pembukaan tersebut.


Ada hal yang menarik dan unik dari syair gulung ini. Selain membaca bait demi baitnya dengan membuka gulungan kertas memanjang berisi teks syair,  syair juga memiliki pesan yang tersirat da tersurat. Pesan-pesan yang termuat didalamnya, yaitu syi’ar Islam, petuah, nasehat, ajakan dan sindiran. Syair gulung pun dibacakan dengan irama atau lagu. Uniknya lagi, syair gulung dikemas dengan bahasa jenaka, yang membuat orang tertarik dan tertawa ketika mendengarnya.


Dewasa ini tak banyak lagi penyair Melayu yang bermunculan. Jika ada pun, kebanyakan dari kalangan umur di atas 50 tahunan. Itu pun dapat dihitung dengan jari. Namun, anak muda yang satu ini mampu merubah pendapat bahwa, syair gulung itu hanya mampu dilakukan orang yang berumur saja.


Dulu, saat acara perkawinan, peringatan bersar Islam, perayaan hari besar nasional, menyambut tamu agung dan lain-lain, pembacaan syair gulung seperti menjadi keharusan. Orang Melayu di suatu kampung akan dianggap tak memilki budaya, jika tidak mampu menyuguhkan syair gulung. Seiring berjalannya waktu, terjadi pergeseran nilai budaya. Syair gulung terkena dampak atau biasnya.


Agar warisan budaya ini tetap lestari, perlu dukungan semua pihak. Terutama pencinta seni budaya Melayu dan orang Melayu itu sendiri. Misalnya, dengan menampilkan syair gulung pada momen perkawian, hari besar Islam, hari besar nasional dan lain-lain. Serta menjadikan syair gulung sebagai salam penghormatan dalam menyambut tamu agung. Kemudian menyelenggarakan even khusus misalnya, untuk menyaring bakat dan memotivasi anak muda. Sehingga mereka mencintai seni budayanya sendiri, budaya yang menjadi warisan bangsa. Seperti yang telah dilakukan Burhami● (Has)

0 komentar: